Selasa, 27 Oktober 2009

KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM

Komunikasi, Pengambilan Keputusan dan Kepemimpinan Demokratis merupakan tiga unsur penting dalam kepemimpinan. Kiranya kita sepakat bahwa Al-Quran seharusnya menjadi pedoman hidup bagi aktivitas umat Islam. Al-Quran dapat dipandang sebagai metode Allah SWT. dalam menjelaskan berbagai hal yang berujung kepada kebahagiaan dan kemaslahan manusia. Banyak ayat yang mengungkap tentang peristiwa dan dialog serta berbagai persoalan yang menuntun terhadap hadirnya suatu keputusan.
Oleh karena itu, pembahasan ke tiga hal di atas, selain akan dipandang dari teori hasil pemikiran para ahli juga akan diberikan panduan sebahagian ayat Allah SWT atas masalah yang di bahas. Semoga bermanfaat.


A. Komunikasi

Al-Quran sebagai kitabulloh, dapat dipandang sebagai salah satu cara Alloh swt berkormunikasi dengan makhluknya. Alloh menghendaki alam ciptaan-NYA dipelihara dengan menggunakan pedoman yang DIA titipkan melalui para utusan-NYA. Dalam kaitan komunikasi yang dipahami masyarakat luas dan berlaku dalam suatu organisasi, dilaksanakan atau tidaknya sebuah kebijakan sangat ditentukan oleh bagaimana cara ia menyampaikan pesan-pesannya. Sukanto dan T. Hani menyatakan bahwa komunikasi berfungsi sebagai peralatan utama dengan mana suatu organisasi secara sukses atau tidak sukses berhubungan dengan lingkungan tugasnya. Bahkan, risalah Islampun dapat diterima oleh masyarakat Quraisy karena keberhasilan komunikasi yang dilakukan oleh Rasululloh saw.

Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (Q.S. Ali-Imron : 159)

Pengertian

Komunikasi menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; arti lainnya adalah perhubungan Sedangkan menurut Onong Uchjana dalam Rosady Ruslan, beliau menyatakan bahwa kata komunikasi berasal dari Bahasa Latin : communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Menurut Sukanto dan T. Hani, komunikasi adalah usaha mendorong orang lain menginterpretasikan pendapat seperti apa yang dikehendaki oleh orang yang mempunyai pendapat tersebut. Adapaun menurut C.P. Chaplin dalam Kartini Kartono (2006) mendefinisikan komunikasi sebagai : (1) Penyebaran (transmisi, pengiriman, pengoperan) perubahan-perubahan energi dari suatu tempat ke tempat lain, seperti dalam transmisi syaraf; (2) Proses transmisi atau penerimaan tanda, sinyal atau pesan; (3) Satu pesan atau sinyal; dan (4) Informasi yang diberikan oleh pasien kepada psikoterapis. Jadi, komunikasi adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh dalam menyampaikan pesan/ informasi sehingga diperoleh pemahaman yang benar oleh pendengar sesuai dengan maksud pemberi pesan.

Tujuan Komunikasi
Menurut March & Simond tujuan kegiatan komunikasi dapat digolongkan ke dalam :
  1. Komunikasi untuk kegiatan yang tak diprogram; termasuk segala percakapan dansegala hal yang tak berhubungan dengan tujuan or¬ganisasi atau tugas pekerjaan.
  2. Komunikasi memulai dan menciptakan program; termasuk usaha menyesuaikan dan mengkoordinasi program.
  3. Komunikasi yang memberikan data penerapan strategi;
  4. Komunikasi untuk menimbulkan program dan komunikasi untuk memotivasiorang melaksanakan program.
  5. Komunikasi yang memberikan informasi tentang hasil kegiatan dan informasi umpan balik untuk pengawasan.

Komunikasi dalam organisasi

Dalam hal komunikasi organisasional, orang harus dapat mengirimkan berita (informasi) yang jelas dan dimengerti oleh oranglain sehingga diikuti dan dilaksanakan dengan sikap dan moral berorganisasi yang baik yang pada akhirnya secara otomatis, proses berorganisasi berjalan dengan sendirinya. Hal ini terjadi karena tekanan pemrosesan informasi menurut Pace dan Faules adalah pada komunikasi sebagai suatu alat yang memungkinkan orang beradaptasi dengan lingkungan mereka.

Sondang P. Siagiaan menyatakan bahwa komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi harus mampu memainkan dua peranan penting. Pertama, sebagai wahana untuk menyampaikan keluhan untuk mana pimpinan diharapkan menjadi pendengar yang baik. Kedua, sebagai saluran menyatakan kepuasan atas keberhasilannya menyelesaikan tugas yang dipercayakan kepadanya. Oleh karena itu, pola, proses dan saluran komunikasi dalam organisasi sangat penting untuk dikuasai.

Pola Komunikasi

Perkembangan komunikasi dimulai dengan fase ekstensif (perkembangan informasi secara kuantitatif), kemudian baru mencapai fase intensif (perkembangan informasi secara kualitatif). Perkembangan informasi yang terus menerus dapat mengakibatkan kesulitan dalam koordinasi: (1) pimpinan menghadapi beban kelebihan informasi, (2) kesulitan penyimpanan serta pengambilan kembali informasi dari tempat penyimpanannya, (3) gangguan dalam proses umpan-balik, (4) gangguan dalam waktu pelepasan informasi, dan (5) pemanfaatan tak efektif jaringan komunikasi yang ada.

Oleh karena itu, perlu direncanakan teknologi komuni¬kasi sesuai dengan kebutuhan terutama untuk memperlancar proses pengambilan keputusan. Orang dapat meng¬gunakan (1) sarana sederhana, (2) mekanisasi, dan (3) otomatisasi (komputerisasi).


Proses Komunikasi

Unsur proses komunikasi ada tiga, yaitu
  1. Pengirim berita: Pengirim berita adalah orang yang bermaksud menyampaikan sesuatu informasi ke¬pada orang lain. Dengan menggunakan tanda-tanda atau simbol, diusahakan agar orang lain mengerti apa yang dimaksud. Tanda yang digunakan dapat berupa kata-kata, tindakan, gerakan, gambar atau angka, atau kombinasi.
  2. Sarana pengiriman berita: Saluran serta mekanisme yang di¬pergunakan untuk menyalurkan tanda-tanda. penerima menerima tanda yang dikirimkan dan menterjemahkannya ke dalam sesuatu yang berarti bagi dirinva. Jika tanda tersebut membingungkan, tak jelas dan tak mempunyai arti yang sama bagi pengirim dan penerima berita, maka tak ada komunikasi.
  3. Penerima berita: Orang yang melakukan kegiatan seperti apa yang kita kehendaki. Dengan komunikasi diharapkan segala ketidakpastian menjadi pasti dan orang melakukan kegiatan tanda keragu-raguan. Sehingga terjadi pengertian serta konsep informasi balik dari orang yang diajak berkomunikasi. Dengan demikian kegiatan mencapai tujuan dapat lebih efisien dan efektif.

Saluran Komunikasi Formal

Saluran-saluran komu¬nikasi formal secara umum dirancang untuk mempermudah pertukaran-pertukaran informasi vertikal, horizontal dan diagonal.

  1. Aliran Vertikal: Aliran komunikasi vertikal mencakup seluruh aliran informasi ke bawah maupun ke atas yang terjadi antara atasan dan bawahan dalam suatu organisasi. Katz dan Kahn mengemukakan bahwa aliran komunikasi ke bawah mempunyai lima tujuan pokok : (a) Untuk memberikan pengarahan atau instruksi-instruksi kerja tertentu (spesifik); (b) Untuk memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan (rationale of a job); (c) Untuk memberikan informasi tentang prosedur-prosedur dan praktek-praktek organisasional; (d) Untuk memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan (bawahan); (e) Untuk menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dalam membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan-¬tujuan yang ingin dicapai. Komunikasi ke bawah dapat berupa tulisan atau lisan (oral). Contoh komunikasi tertulis adalah memorandum, majalah, surat kabar, buletin, dan penyebaran informasi. Beberapa contoh komu¬nikasi lisan yang mengalir ke bawah termasuk media pengarahan verbal, percakapan, konperensi. dan kontak telepon.Gerakan informasi ke aras (upward) melalui tingkatan-tingkatan hirarki organisasional paling sering berbentuk umpan balik pelaksanaan kerja dan secara mendasar dihubungkan dengan fungsi pengawas¬an. Sebagai contoh. penyampaian data keluaran produksi ke atas adalah esensial bagi fungsi pengawasan produksi. Di samping itu, komunikasi ke atas juga melaksanakan peranan integratif dengan menyediakan sarana-sarana penyampaian masalah-masalah yang di¬hadapi para karyawan, contohnya terdengarnya keluhan adalah merupakan komunikasi ke atas. Aliran komunikasi vertikal ke atas mungkin berbentuk : kontak tatap muka, prosedur pengaduan, daftar pertanyaan tentang semangat kerja, surat usulan, pemberian saran, wawancara, kebijaksanaan pintu terbuka (open-door policy), serikat pekerja, mata-mata karyawan, dan desas-desus.
  2. Aliran Horizontal (Lateral): Komunikasi horizontal mencakup seluruh penyampaian informasi yang mengalir secara lateral dalam suatu organisasi. Transmisi ini dapat dikelompokkan menurut terjadinya: (a) di antara para karyawan dalam kelompok kerja yang sama dan (b) antara kelom¬pok-kelompok yang mempunyai kedudnkan (status) sederaiat atau antar departemen. Komunikasi ini bersifat koordinatif, karena hal ini paling sering bersanglutan dengan aliran kerja. Karena komunikasi horizontal terutarna terjadi di antara orang-orang yang berkedudukan sederajat atau hampir sepadan, maka cenderung tidak begitu menakutkan dan lebih akurat.
  3. Aliran Diagonal: Aliran komunikasi diagonal mencakup seluruh transmisi informasi yang memotong silang rantai perintah organisasi. Komunikasi diagonal paling sering berbentuk interaksi antara para manajer lini dan para anggota staf atau unit-unit pelayanan. Dalam masalah ini para pimpinan organisasi perlu menyadari bahwa sering terjadi konflik dalam komunikasi lini staf diagonal karena para staf mempunyai kegiatan komunikasi dan pengetahuan tentang berbagai peristiwa organisasi lebih besar daripada para karyawan lini.
Hambatan komunikasi

Komunikasi tidak efektif dapat disebabkan berbagai macam hambatan manusiawi dan teknis yang herbeda. Bentuk-bentuk hambatan tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori: (1) dalam diri pribadi (interpersonal), (2) antar pribadi (interpersonal), (3) organi¬sasional dan (4) teknologi.
(1) Faktor-faktor hambatan Dalam Diri Pribadi
  • Persepsi Selektif. Seseorang akan cenderung menolak, atau salah mengartikan informasi-informasi yang tak sesuai dengan anggapan¬-anggapan atau harapan-harapan yang secara emosional dibentuk sebelumnya.
  • Perbedaan keterampilan individual dalam komunikasi. Banyak orang tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara verbal (lisan) tetapi marnpu menulis berita-berita dengan sangat jelas dan ringkas. Yang lainnya mungkin merupakan pembicara yang baik tetapi pendengar yang jelek. Banyak juga orang yang mernbaca dengan lambat dan sulit memahami apa yang mereka baca. Tanpa pemahaman tidak dapat terjadi komunikasi.
(2) Faktor-faktor hambatan Antar Pribadi
  • Iklim (suasana). Dalam suatu organisasi, hubungan antara atasan dan bawahan berasal dari perlakuan yang diterima setiap pihak dan dari cara dengan mana perilaku timbal balik ini diinterpretasikan. Pada saat atasan dan bawahan berkomu¬nikasi, perasaan-perasaan yang muncul akan membatasi atau mendorong baik isi maupun frekuensi komunikasi mereka dan mempengaruhi cara-cara mereka berkomunikasi. Kombinasi sikap ini membentuk suasana hubungan antar pribadi. Kurang adanya suasana yang positif dapat dengan mudah mengarahkan terjadinya penolakan aliran komunikasi.
  • Kepercayaan. Proses komunikasi adalah suatu huhungan tran¬saksional antara pengirirn dan penerima transfer informasi yang berarti akan mempunyai pengaruh timbal balik pada kedua pihak. Karakteristik pokok seluruh hubungannya adalah kepercayaan. Ketidakpercayaan dan kecurigaan dapat menyebahkan suatu pihak bersikap defensif dan mengurangi frekuensi ekspresi yang terbuka.
  • Kredibilitas.Kredibilitas menunjukkan karakteristik sumber informasi yang diterirna. Suatu penelitian empirik mengindentifikasikan empat unsur sumber kredibilitas yaitu kejujuran, keahlian atau kemampuan, dinamisme atau antusiasme, dan obyektivitas atau keterbukaan.
  • Kesamaan Pengirim – Penerima. Pada umumnya riset me¬nunjukkan bahwa akurasi komunikasi antara dua komunikator secara langsung berhubungan dengan tingkat kesamaan mereka. Derajat kesamaan ini menyangkut karakteristik seperti umur, jenis kelamin, ras atau suku bangsa, intelegensia, dan status sosial ekonomi, serta faktor-faktor seperti sikap, minat, nilai-nilai dan kemampuan. Dalam lingkungan organisasi, semakin besar darajat ber¬samaan antara seorang atasan dan bawahan akan semakin meningkatkan efektivitas komunikasi.
(3) Faktor-faktor Hambatan Organisasional
  • Status. Prestise atas posisi diduduki mempenga¬ruh status pada arah dan frekuensi komunikasi organisasional. Kenyataan menunjukkan bahwa: (a) Pada umumnya orang lebih senang mengarahkan komuni¬kasi ke individu-individu yang statusnya lebih tinggi. Hal ini karena interaksi seperti itu dapat memperoleh pengakuan dan prestise dari kelompoknya, dan berkomu¬nikasi dengan atasan untuk peningkatan kesempatan memperoleh kepuasan; (b) Orang-orang dengan status tinggi pada umumnya lebih banyak berkomunikasi satu dengan yang lain daripada dengan orang¬orang yang berstatus lebih rendah; (c) Semakin lebar perbedaan status, semakin besar kecenderungan bahwa informasi akan mengalir dari orang-orang yang berstatus lebih tinggi; (d) Orang dengan status tinggi pada umumnya lebih men¬dominasi pembicaraan dibanding orang-orang yang bcrstatus lebih rendah; dan (e) Orang dengan status rendah sering berupaya untuk mendapatkan perhatian dari mereka yang bcrstatus lebih tinggi dengan menunjukkan respek, memuji-muji dan menye¬tujui pandangan mereka.
  • Transmisi Hirarkis. Semakin banyak tingkatan yang harus dilalui suatu informasi (berita), semakin lama waktu yang diperlukan untuk sampai ke tempat tujuan dan semakin kecil kemungkinan ketepatannya. Distorsi-distorsi yang timbul dalam hal ini adalah: (a) Penyingkatan; (b) Closure (melengkapi atau menutup-nutupi); (c) Pengharapan (expectation); dan (d) Asosiasi,menghubung-hubungkan antar peristiwa.
  • Ukuran Kelompok. Tingkat akurasi komunikasi sering di bawah estimasi dan komunikasi menjadi semakin sulit. Semakin besar ukuran kelompok, akan semakin kecil kemungkinan tercapainya komunikasi yang memuaskan.
  • Kendala-kendala Ruangan. Karakteristik-karakteristik phisik ruangan (tempat) suatu pekerjaan dilaksanakan biasanya akan ber¬beda dengan tempat jenis pekerjaan lain. Semakin jauh jarak antar lokasi kerja akar. semakin berkurang arus komunikasi yang terjadi.
(4) Faktor-faktor hambatan Teknologis
  • Bahasa dan Pengertian.
  • Isyarat non-verbal. Penggimaan isyarat-isyarat nonverbal tertentu yang tidak tepat bahkan mung¬kin bersifat kontradiktif dan tidak konsisten akan menghambat komunikasi.
  • Efektivitas Saluran. Efektivitas suatu saluran komunikasi sangat tergantung pada bentuk dan tujuan inforrmasi yang disampaikan serta keadaan masing-masing pihak yang terlibat. Bisa tertulis maupun lisan.
  • Kebanjiran Informasi. Kebanjiran informasi akan mempengaruhi efektivitas kerja kelompok dan mengakibatkan berbagai bias dalam komunikasi.
Peningkatan Efektivitas Komunikasi
  1. Audit Komunikasi;Audit komunikasi dirancang untuk memeriksa secara siste¬matik dan menyeluruh proses-proses komunikasi dalam suatu organisasi. Metoda audit komunikasi akan memudahkan organisasi dalam menentukan apakah masalah-masalah komunikasi saling berhuhungan atau tidak. Metoda ini akan membantu memecah¬kan masalah organisasi secara keseluhan bukan tiap-tiap masalah secara individual. Audit komunikasi menggunakan prosedur seperti wawancara mendalam, teknik-teknik peristiwa kritis, daftar pertanyaan survai, catatan komunikasi dan analisis network dalam kerangka perusahaan secara keseluruhan.
  2. Teknik-teknik Peningkatan Efektivitas Komunikasi; Perbaikan-perbaikan komunikasi dapat dilakukan pada bidang-bidang iklim komunikasi menyeluruh, ke atas dan ke bawah maupun internal dan eksternal. Beberapa teknik yang telah dikembangkan untuk perbaikan tersebut adalah:a) Penetapan saluran-saluran pribadi; melalui telepon maupun kotak khusus;b) Penetapan dewan khusus; terdiri dari para manajer dan karyawan tertentu untuk membahas masalah ter\tentu;c) Penyelenggaraan pertemuan tahunan; para manajer menyampaikan rencana tahunan kepada karyawan;d) Pembentukan tim-tim tugas dan manajemen; masalah yang ditangani berprioritas tinggi seperti hubungan manajemen-karyawan, scheduling kerja dan konflik antar departemen; dan e) Pembentukan tim-tim manajer antar departemen; untuk memudahkan komunikasi horizontal, mengkoordinasikan operasi-operasi antar departemen.
3) Penggunaan umpan balik
Umpan balik adalah mekanisme esensial peningkatan akurasi komunikasi organisasional. Komunikasi dua arah ini tidak hanya lebih akurat dibanding komunikasi satu arah tetapi juga lebih me¬muaskan bagi para partisipan. Umpan balik muncul dari berbagai sumber dan dinyatakan dengan berbagai cara. Komentar dan komunikasi nonverbal rekan sekerja, klien atau barangkali bawahan dapat merupakan sumber umpan balik. Sumber-sumber lain mencakup penilaian prestasi kerja, promosi dan penghargaan dan bahkan evaluasi pribadi atas perasaan dan gagasan-gagasan sendiri.

4) Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi diciptakan berdasarkan penelaahan situasi lingkungan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan organisasi. Dari sini muncul spesifikasi system, yaitu informasi apa sajayang dihasilkan system, selanjutnya pengembangan system pemrosesan data, dan akhirnya dibuat aliran informasi dan program komputer.


Isyarat Al-Quran yang berhubungan dengan Komunikasi

1. Komunikasi dalam pengertian hubungan silaturahmi
  • Hubungan diawali dengan ketakwaan kemudian terjadi interaksi berdasar Ilahi; Q.S. An-Nisa : 1
  • Hubungan dapat mempengaruhi kemenangan/ keberhasilan; Q.S. An-Nisa:73
  • Hubungan yang dijaga secara konsisten; Q.S. Muhammad : 22
2. Syarat Komunikasi
  • Menggunakan perkataan yang baik (Q.S. Az-Zumar : 23)
  • Ada yang menyeru dan diseru (Q.S. Al-Baqoroh, 2 : 171)
  • Munculnya pengertian dengan mengoptimalkan panca indra (Q.S. Al-Anbiya, 21 : 45), (Q.S. An-Nisaa, 4 : 78)
  • Adanya Pedoman yang benar (Q.S. Huud, 11 : 14), (Q.S. Al-Mukminuun, 23 : 62)
  • Ikhlas (Q.S. Huud, 11 : 51)
  • Siap menerima resiko (Q.S. Ibrahim, 14 : 22) (Q.S. Al-Hujurat : 10), (Q.S. Al-Muddatstsir, 74 : 45)
  • Jujur (transparan) dan apa adanya; (Q.S. Shaad, 38 : 86), (Q.S. Al-Mujadilah, 58 : 8), (Q.S. Al-Mujadilah, 58 : 9), (Q.S. Al-Mujadilah, 58 : 10)
  • Metode yang tepat (Q.S. An-Nahl, 16 : 125), (Q.S. Thaahaa, 20 : 44) (Q.S. Al-Baqarah, 2 : 263)
  • Tetap Fokus Tujuan (Q.S. Al-An’am, 6 : 68), (Q.S. Al-Anbiyaa, 21 : 2), (Q.S. Al-Anbiyaa, 21 : 3), (Q.S. An-Naml, 27 : 28)
  • Media komunikasi, langsung ataupun tidak langsung (Q.S. An-Nisaa, 4 : 164); (Q.S. Al-Baqoroh, 2 : 128), (Q.S. Ali-Imran, 3 : 41), (Q.S. Maryam, 19 : 11)
  • Saling menghargai (Q.S. Ash-Shaaffaat, 37 : 102)

B. Pengambilan Keputusan

Pengambilan suatu keputusan merupakan hal yang tak terhindarkann dalam setiap aspek kehidupan manusia, termasuk dalam suatu organisasi. Dalam hal organisasi, pengambilan keputusan dapat terkait dengan kepemimpinan hal mana dia memiliki kewenangan dalam mempertahankan konsistensi mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan mengharuskan setiap pemimpin organisasi menyadari akan persoalan yang pasti muncul akibat interaksinya segala hal yang melingkari organisasinya.

Ametembun menuliskan hal tersebut dengan istilah kepemimpinan situasional. Kemudian dia menyatakan bahwa pemimpinan harus menyadari dan menghayati perbedaan-perbedaannya dengan perbedaan-perbedaan dalam siatuasi yang dipimpinnya dengan mencoba menemukan variabel kunci, baik variabel internal maupun eksternal organisasi. Oleh karena itu, pengambilan keputusan memiliki karakteristik dan teknik tertentu yang selanjutnya akan dibahas di bawah ini.

Pengertian
a. Menurut Akrim Ridha
Pengambilan keputusan atau Al-Qaraar ialah pilihan sadar dan teliti terhadap salah satu alternative yang memungkinkan dalam suatu posisi tertentu untuk merealisasikan tujuan yang diharapkan.
b. Menurut Sukanto dan T. Hani
Pengambilan Keputusan didefinisikan sebagai pemilihan di antara berbagai alternatif.

2. Tujuan, fungsi, dan Peranan Pengambilan Keputusan
Tujuan pengambilan keputusan adalah mempertahankan tercapainya tujuan yang telah direncanakan, sehingga ia berfungsi sebagai alat yang dibuat dengan tata cara tertentu untuk menghasilkan kepuasan bagi seluruh aspek di dalam organisasi. Pengambilan keputusan mengambil peranan dalam setiap langkah organisasi.

3. Ruang lingkup proses pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan rnenyangkut hampir semua fungsi manajemen. Newman, Summer dan Warren menyamakan proses ini dengan perencanaan. dan Albers mengklasifikasikan perencanaan, pemotivasian dan pengawasan dibawah pengambilan kepu¬tusan.

4. Proses Pengambilan Keputusan dalam organisasi

Proses pengambilan keputusan dalam organisasi mencakup : (1) identifikasi dan diagnosis data yang relevan, (2) pengumpulan dan analisis data yang relevan, (3) pengembangan dan evaluasi alternatif-alternatif, (4) pemilihan alternatif terbaik, dan (5) implementasi keputusan dan evaluasi terhadap hasil-hasil.

Langkah-langkahdi atas akan menjadi lebih realistik bila dikategorikan menurut kerangka waktu : ”(1) waktu yang lalu (the past) pada saat mana berbagai masalah berkembang, informasi dikumpulkan, dan kebutuhan akan keputusan dirasakan; (2) sekarang (the present), pada saat mana alternatif-alternatif ditemukan dan pilihan diambil; dan (3) waktu yang akan datang (the future), pada saat mana keputusan-keputusan dilaksanakan dan dievaluasi.

Adapun Akrim Ridha menyatakan bahwa untuk melakukan pemecahan masalah dan membuat keputusan kreatif dapat dibuat dalam sembilan langkah dalam tiga fase yaitu :
Fase pertama: Apakah musykilah (masalah) itu?
  • Langkah pertama: menghadapi masalah
  • Langkah kedua: menghimpun informasi
  • Langkah Ketiga: memformulasikan masalah
Fase kedua: Terapi (penyelesaian/ pemecahan)
  • Langkah keempat: menciptakan pemikiran (brain stroming)
  • Langkah kelima: mengukur dan menilai berbagai alternatif
  • Langkah keenam: memilih (alternatif pemecahan yang ideal)
Fase ketiga: mengambil keputusan
  • Langkah ketujuh: pelaksanaan
  • Langkah kedelapan: evaluasi dan pengukuran
  • Langkah kesembilan: tanpa penyesalan

5. Teknik-teknik Pengambilan Keputusan

a. Teknik-teknik kreatif
Newman, Summed an Warren menyampaikan empat pedoman sebagai alat bantu stimulasi kreativitas yaitu (1) Sadari berbagai hambatan psikologis; (2) Coba merubah atribut-atribut dengan pemusatan perhatianpada satu atribut; (3) Waspada terhadap penemuan-penemuan tak sengaja; dan (4) Sadari bahwa computer mempunyai potensi untuk menjadi pelengkap otak manusia.

Ada dua teknik dalam kelompok teknik kreatif yang dikenal dan digunakan secara luas yaitu : (1) brainstorming; teknik ini berusaha menggali kreativitas dengan memberi kesempatan para anggota untuk melontarkan ide-idenya; dan (2) Synectics; teknik ini mencakup dua tahap dasar yaitu membuat yang aneh jadi lazim (analitis) dan membuat yang lazim jadi aneh (melalui analogi pribadi, langsung, simbolik dan fantasi).

b. Teknik-teknik Partisipasi
Individu atau kelompok dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, formal maupun informal, dan menyangkit intelektual dan emosional. Di sini disadari bahwa setiap orang dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang sangat berarti kepada pencapaian tujuan-tujuan organisasi.

c. Teknik-teknik Modern
1) Teknik Delphi; dikembangkan oleh N.C. Dalkey (1950)
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
  • Para ahli (dalam atau luar organisasi) membuat panel dari masalah tertentu;
  • Setiap ahli diminita membuat prediksi anonym;
  • Setiap penulis memperoleh umpan balik gabungan jawaban para ahli terhadap pertanyaan yang diajukan;
  • Berdasarkan umpan balik itu, estimasi baru dibuat dan proses ini diulangi beberapa kali sampai tercapai consensus.
2) Teknik Kelompok Nominal (Nominal Group Technique – NGT)
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
  • Pengembangan gagasan secara diam dalam bentuk tulisan;
  • Umpan balik yang berupa usulan dicatat dalam kalimat singkat;
  • Pembahasan setiap gagasan yang dicatat untuk memperoleh penjelasan dan evaluasi; dan
  • Pemungutan suara individu dilakukan untuk memperoleh gagasan prioritas.
d. Proses Minaut; dikembangkan oleh Kepner dan Tregoe
Di sini diterapkan empat proses dasar yang rasional dalam penggunaan dan penyebaran informasi mengenai masalah organisasi yang diterapkan sacara sistematik tentang (1) menilai dan menjelaskan; (2) sebab akibat; (3) melakukan pilihan; dan (4) mengantisipasi masa depan. Oleh karena itu, prosesnya dibedakan menjadi empat tipe : (1) analisis situasi (pengenalan masalah, pemisahan masalah, penetapan prioritas, dan penempatan); (2) analisis persoalan (merumuskan, menguraikan, menyaring informasi, menguji sebab yangmungkin dan melakukan verifikasi); (3) analisis keputusan (merumuskan pernyataan keputusan, menentukan sasaran, mengembangkan dan mengevaluasi alternative, dan menganalisa konsekuensi atau resiko); dan (4) analisis persoalan potensial (mengidentifikasi daerah kritis/lemah, mengidentifikasi persoalan potensial menyimpang, mengidentifikasi sebab yang mungkin dan mengidentifikasi tindakan penanggulangan).

6. Ayat al-Quran yang berhubungan dengan masalah Pengambilan Keputusan
  • Ada Pedoman yang Benar (Q.S. Al-Baqarah : 213)
  • Transparan (Q.S. An-Nisa : 108)
  • Adil, baik/benar dan bijaksana (Q.S. Al-Anbiya : 112), (Yunus : 47), (Al-A’rof : 89); (Q.S. At-Taubah : 106), (Q.S. Saba’ : 26)
  • Konsekuen/ teguh pendirian dan tawakal (Q.S. Al-Anfal : 19), (Q.S. Yunus : 71) (Q.S. Shaad : 29)
  • Ada proses yang dilakukan (Q.S. Al-Qalam : 36), (Q.S. At-Taubah : 24)
  • Kapasitas keilmuan (Q.S. Yunus : 35), (Q.S. An-Naml : 33), (Q.S. Shaad : 26)
  • Independen dan kebebasan (Q.S. Al-Qalam : 39)
  • Mempertimbangkan Resiko/ dampak(Q.S. Al-Qalam : 40) (Q.S. Al-Mursalat : 13) (Q.S. Al-Mursalat : 38)

C. Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan dalam sebuah organisasi sangat menentukan terhadap tercapainya tujuan organisasi yang tersebut. Sedang ketiadaan kepemimpinan di dalamnya, akan membuat kesemrawutan, ketidakstabilan dan bahkan perpecahan diantara anggota kelompok tersebut. Rasululloh saw bersabda : Idzaa kuntum tsalaatsatan fa-ammaruu ahadakum Artinya : Apabila kamu bertiga, maka angkatlah salah seorang sebagai amir.” (H.R. Thabrani).

Pentingnya kepemimpinan di tengah-tengah kehidupan manusia terasa sangat penting, terlebih oleh manusia modern. Menurut Sukanto dan T. Hani, Kepemimpinan adalah suatu fungsi kualitas seseorang individu, bukan fungsi situasi, teknologi, atau dukungan masyarakat. Adapun menurut Kartini Kartono, Kepemimpinan ialah satu bentuk dominasi yang didasari oleh kapasitas/ kemampuan pribadi, yaitu mampu mendorong dan mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan bersama. Sedangkan Sondang P. Siagian menyatakan bahwa Kepemimpinan adalah pengetahuan yang menyentuh berbagai segi kehidupan manusia yang menentukan keberhasilan (sangat dominan) pada suatu organisasi.

Salah satu tipe kepemimpinan yang dikenal di dunia adalah kepemimpinan demokratis. Keith Davis dalam Sukanto dan T. Hani menyatakan bahwa ada 4 (empat) cirri utama yang mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan dalam organisasi yaitu (1) kecerdasan (intelligence), (2) kedewasaan sosial dan hubungan sosial yang luas (social maturity and breadth), (3) Motivasi diri dan dorongan berprestasi, dan (4) sikap-sikap hubungan manusiawi. Di bawah ini diberikan table tiga gaya kepemimpinan

Otokratis Demokratis Laissez-Faire
  1. Semua penentuan kebijakan dilakukan oleh pemimpin
  2. Teknik-teknik dan langkah-langkah kegiatan didikte oleh atasan setiap waktu, sehingga langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk tingkat yang luas.
  3. Pemimpin biasanya mendikte tugas kerja bagian dan kerja bersama setiap anggota
  4. Pemimpin cenderung menjadi “pribadi” dalam pujian dan kecamannya terhadap kerja setiap anggota; mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukan keahlian; Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin; Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan bila dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis, pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih.
Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih, dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.

Pemimpin adalah objektif atau fact-minded dalam pujian dan kecamannya, dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi minimal dari pemimpin.

Bahan-bahan yang berma-cam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang selalu siap bila dia akan memberikan informasi pada saat ditanya. Dia tidak mengambil bagian dalam diskusi kerja.

Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas.

Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian.

Kartini Kartono menyatakan bahwa pemimpin demokratis dapat digolongkan dalam:
a. Pemimpin demokratis tulen
  • Merupakan pembimbing yang baik bagi kelompoknya.
  • Sadar bahwa tugasnya ialah mengkoordinasikan pekerjaan dan tugas dari semua anggota.
  • Menekankan rasa tanggung jawab dan kerja sama yang baik kepada setiap anggota.
  • Sadar bahwa organisasi bukanlah masalah pribadi dan memerlukan orang lain dalam bekerja.
  • Kekuatan organisasi terletak pada partisipasi aktif setiap anggota.
  • Mau mendengar nasihat dan sugesti.
  • Mampu memanfaatkan keunggulan setiap orang seefektif mungkin pada saat yang tepat.
  • Otoritas didelegasikan ke bawah, sehingga semua orang merasa pasti, aman dan senang menunaikan tugasnya.
b. Pemimpin demokratis palsu/ pura-pura (pseudo-demokratis)
Kepmimpinannya menjadi demokratis manakala menemukan kendala organisasi:
  • Berkarakter lemah, bimbang dan tidak mempunyai pendirian.
  • Bersifat sentimental dan merasa perlu pada orang lain di saat dalam kesulitan.
Sondang P. Siagian menyatakan bahwa kepemimpinan demokratik dipandang sebagai pemimpin terbaik karena kelebihan-kelebihannya mengalahkan kekurangannya. Pendekatan yang dilakukan pemimpin demokratis adalah pendekatan yang holistik dan integralistik. Dalam hal ini, seluruh keanekaragaman tugas dan kegiatan dilaksanakan demi tercapainya tujuan dan berbagai sasaran organisasi. Disamping itu, pendekatan yang ia lakukan adalah menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Dia memperlakukan manusia secara manusiawi.

Sondang menyatakan bahwa gaya yang demikian dikembalikan kepada pandangan seorang pemimpin yang “people centered” karena menempatkan unsur manusia dalam organisasi pada posisi yang paling sentral. Dan ia merupakan pengejawantahan dari :
a. pandangan bahwa betapapun besarnya sumber daya dan dana, kesemuanya itu pada dirinya tidak berarti apa-apa kecuali digunakan oleh manusia dalam organisasi demi kepentingan pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi;
b. dalam kehidupan organisasional tidak mungkin, tidak perlu dan tidak boleh semua kegiatan dilakukan sendiri oleh pimpinan dan oleh karena itu selalu mengusahakan adanya pendelegasian wewenang yang praktis dan realistic tanpa kehilangan kendali organisasional;
c. para bawahan dilibatkan secara aktif dalam menentukan nasib sendiri melalui peran sertanya dalam proses pengambilan keputusan;
d. kesungguhan yang nyata dalam memperlakukan para bawahan sebagai makhluk politik, ekonomi, sosial dan sebagai individu dengan karakteristik sangat kompleks, mulai dari bersifat kebendaan, keamanan, pengakuan status hingga sampai kepada kebutuhan yang bersifat mental spiritual;
e. usaha memperoleh pengakuan yang tulus dari para bawahan atas kepemimpinan orang yang bersangkutan didasarkan pada pembuktian kemampuan memimpin organisasi secara efektif. Bukan sekedar karena pemilikan wewenang formal berdasarkan pengangkatan.

Adapun keterangan tentang kepemimpinan yang tersirat dalam Al-Quran dapat dijumpai hal-hal sebagai berikut :
a. Berpedoman kepada petunjuk al-Quran (Q.S. Yunus : 25), (Al-An’am : 38), (Al-An’am : 137)
b. Adil dan jujur (Al-Maidah : 42), (Q.S. An-Nisa : 135), (Q.S. Al-Maidah : 8)
c. Rendah hati (As Syu’araa : 215)
d. Memperhatikan bawahan (Q.S. An-Naml : 20)
e. Memiliki keutamaan (Q.S. Al-Ahzab : 6)
f. Tidak mengikuti hawa nafsu (Q.S. Shaad : 26)
g. Mencintai keimanan (Q.S. Al-Hujurat : 7)
h. Mendengar keterangan bawahan (Q.S. An-Naml : 21)
i. Melakukan supervisi dan pengawasan (Q.S. An-Naml : 27)
j. Lemah lembut dan pemaaf (Q.S. Ali Imran : 159)
k. Mendahulukan musyawarah (Q.S. An-Naml : 32); (Q.S. Asy-Syuuraa : 38)
l. Memberi amanat kepada orang yang kualified (Q.S. An-Nisa : 58), (Q.S. Al-Qashash : 34)
m. Konsisten dan teguh pendirian (Q.S. Asy-syuuraa : 15)
n. Berwasiat melanjutkan kebaikan (Q.S. Al-A’raf : 142)

Nah, apa simpulan kita terhadap uraian panjang lebar tentang komunikasi, membuat keputusan dan model kepemimpinan itu? Aha, coba renungkan dan cermati ajaran Islam tentang silaturahmi. Coba kalau silaturahmi telah dikaji dan dikembangkan kemudian dibuat konsepnya untuk kepentingan organisasi misalnya. Selamat merenung...

Demikianlah uraian tentang komunikasi, pengambilan keputusan dan kepemimpinan demokratis ini. Semoga menjadi bahan diskusi yang membuat kita semakin memiliki wawasan dalam rangka menemukan formulasi kepemimpinan yang Alloh ridoi.

SHILATURRAHMI

Shilaturrahmi adalah sebuah kata yang tidak asing di telinga kita. Begitu banyak orang mengenal tentang kata ini sebagai suatu perilaku baik yang berhubungan dengan kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan dalam persahabatan.

Shilaturrahmi adalah sikap di mana seseorang ingin menyelamatkan fihak lain. Ia merupakan bukti dari kasih sayangnya kepada fihak lain. Shilaturrahmi diartikan sebagai menyambungkan kasih sayang Alloh kepada seseorang yang diajak bicara atau dituju. Oleh karena itu, ia tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Ia adalah perbuatan yang dapat dilakukan kapan saja, di mana saja dan kepada siapapun, termasuk kepada mereka yang telah tiada.

Seseorang yang hidupnya dipenuhi dengan sikap silaturrahmi akan senantiasa memandang bahwa kehidupan harus terus berlanjut bersama-sama disertai keindahan suasana. Tujuan hidupnya adalah ingin menyelamatkan orang lain karena Alloh S.w.t. telah mencurahkan rohmat-NYA kepada orang yang ditujunya itu. Dimulai dari sucinya hati, jernihnya fikiran, santunnya lisan, indahnya perangai dan benarnya tindakan kesemuanya mempribadi dalam jiwa dan raganya. Kehadirannya menjadi idaman setiap insan, keberadaannya menambah ketentraman pergaulan dan hidupnya dipenuhi oleh amal soleh nan tulus ikhlas tanpa mengharap balas.

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (Q.S. Ali-Imran : 159)

Boleh jadi ia bernada keras namun tetap bernuansa menyelamatkan. Boleh jadi ia berkata tegas namun tetap bertujuan untuk keselamatan. Bahkan, mungkin dia berperilaku “kaku” namun justru demi keselamatan. Selama seseorang itu telah memiliki sikap shilaturrahmi maka boleh dikatakan seluruh tindakan tidak dipengaruhi oleh egoitas dan hawa nafsunya namun justru karena kasih sayangnya kepada sesama.

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya… (Q.S. Al-Fath : 29)

Ia memandang bahwa kehidupan adalah perseorangan walaupun dalam satu kesatuan, baik di keluarga, masyarakat maupun dalam suatu bangsa. Ia menyadari, bahwa seluruh yang ada di luar dirinya adalah takdir Alloh yang ditampakkan baginya sebagai ujian.

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Q.S. Al-Mulk : 2)

Ia sadar bahwa kehidupan dunia akan berakhir dan pada saatnya nanti, ia akan berhadapan dengan pengadilan Robbul ‘Izzati. Pengadilan di mana ia harus mempertanggungjawabkan seluruh anugrah Alloh kepadanya pada saat ia hidup di dunia.

Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada adzab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan shalat. Dan barang siapa yang menyucikan dirinya, sesungguhnya ia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah kembali (mu). (Q.S. Faathir : 18)

Oleh karena itu, kehadiran apapun yang menyertai hidupnya akan dipandang sebagai sesuatu yang harus menghadirkan nilai ridlo-NYA.

Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah. (Q.S. Al-Baqarah : 138)

Kaum Muslimin yang berbahagia,
Ramadhan, kini telah datang dan al-hamdulillah kita berkesempatan untuk menuai jamuan Alloh S.w.t. Melalui Ramadhan Alloh menarik seluruh manusia untuk mendekat kepada-NYA. Melalui Ramadhan nampak pada kita suasana di mana semua kita saling menjaga dan begitu bersemangat untuk saling membantu dalam rangka meraih ampunan dan rahmat Alloh S.w.t.
MAN SHAAMA ROMADLAANA IIMANAN WAHTISAABAN GHUFIRALAHUU MAATAQADDAMA MINDZAN-BIHI (H.R. Al-Bukhary)
Hadits yang menyiratkan akan diperolehnya ampunan Alloh S.w.t. bagi mereka yang melaksanakan ibadah shaum dengan dua syarat yakni karena iman dan melakukan hubungan yang baik dengan manusia.
Sepanjang Ramadhan ini, hampir seluruh muslim mampu menampilkan cahaya keberimanannya dalam bentuk amal soleh. Semangat membaca, memahami dan mengamalkan Al-Quran menghiasi perilaku muslimin. Setahap demi setahap kesadaran ini muncul bagaikan panggilan hati yang memiliki kecenderungan ingin berbakti dan menghiasi hidup dengan ibadah. Kaana hayaatunaa kulluha ‘ibadatan; Kesiapan membatu fihak yang lemah, keinginan berkorban demi risalah, kesigapan fikiran untuk menangkap ilmu yang berkaitan dengan al-Islam, terkendalinya amarah dan hawa nafsu, dan kesibukan mengisi waktu dengan segala sesuatu yang baik dan bermanfaat. Belas kasih terhadap sesama, kasih sayang terhadap saudara seagama, perhatian terhadap dakwah Islam dan semangat terhadap kemajuan al-Islam menyatu dalam pribadi muslim yang semua itu dengan mudah hadir dalam sikap dan tindakan kita, padahal hal itu teramat sulit untuk dilakukan dan muncul di bulan selain Ramadhan.

Ramadhan menjadi bulan yang dipenuhi dengan semangat shilaturrahmi. Ramadhan mengajarkan kepada kaum muslimin untuk meninggalkan praktek-praktek yang tidak mengarah kepada keselamatan. Kezhaliman, putus asa, amarah, rakus, tamak, sombong, angkuh, kikir, dan segala sikap dan tindakan tercela, semuanya bertolak belakang dengan semangat shilaturrahmi.

Oleh karena itulah, suasana ‘idul fithri sebagai “ajang” shilaturrahmi, seyogyanya ditampilkan dalam bentuk shilaturrahmi yang benar. Dia bukan sebentuk ungkapan, bukan jabatan tangan, bukan pula kunjungan, namun ia adalah kesungguhan hati untuk secara tulus mengharapkan keselamatan bagi semua orang yang dijumpainya. Dia menjelma menjadi pribadinya di sebelas bulan berikutnya.

Inilah tugas berat selepas Ramadhan. Akankah kita konsisten dalam memperhankan semangat shilaturrahmi. Ihdinash shiraathal Mustaqiim …
Mudah-mudahan, Allah S.w.t. memberikan kekuatan kepada kita untuk tampil sebagai hamba yang pandai bershilaturrahmi dengan benar. Aamiin.

Wallahua’lam bish-shawab.

Senin, 26 Oktober 2009

Pendidikan Anak (1); TANAMKAN AQIDAH

Semua orang tua pasti menghendaki anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik. Aneh, jika ada sepasang suami istri yang dkaruniai anak kemudian mereka membiarkan anaknya begitu saja. Atau mereka menyerahkan pertumbuhan dan perkembangan anaknya alakadarnya. Ya, asal hidup saja. Hal seperti itu tidak mudah kita dapatkan dalam kehidupan ini. Jadi dapat disimpulkan 99,99% orangtua yang ada di muka bumi ini memiliki cita-cita yang luhur atas anak-anaknya. Sahabat Ali r.a. menyatakan, "didiklah anakmu karena ia diciptakan untuk sebuah zaman yang berbeda dengan zamanmu".

Cita-cita luhur apa gerangan yang dimiliki oleh orang tua atas putra putrinya, yang karena cita-cita itulah setiap orangtua mengarahkan anaknya. Segala macam cara mereka lakukan demi cita-citanya. Apapun mereka tempuh demi cita-citanya. Pertanyaannya adalah, benarkah para orangtua menyadari cita-citanya itu? Atau, ah pokoknya ingin punya anak saja, titik.

Setelah kita sedikit merenung atas pertanyaan di atas, katakanlah sekarang, semua orangtua menyadari cita-cita atas kelahiran anak-anaknya. Dan memang seyogyanya begitu. Nah, pertanyaan berikutnya adalah, apakah gerangan cita-citanya itu? Adakah cita-cita itu sama? Wah, pertanyaan ini gampang-gampang susah untuk dijawab. Disebut gampang, karena pasti ada kesamaan cita-cita yang umum dimiliki para orangtua. Disebut susah, karena kita sadar bahwa jangankan orang yang berbeda latar belakang keluarga, pendidikan, lingkungan dan sebagainya, bahkan pada orang yang kembarpun, tetap saja fikiran dan perasaannya berbeda. Jadi ya pasti variasi cita-cita orangtua sangat sulit diterka. Mungkin ada ada orangtua yang punya cita-cita, kalau anaknya besar kelak, ia berharap anaknya jadi dokter. Yang lain berharap anaknya jadi orang kaya, ada juga yang berkehendak anaknya jadi pilot, ada juga yang bercita-cita anaknya melanjutkan perjuangan hidupnya baik jadi pedagang (kalau ia seorang pedanga), jadi guru, jadi petani yang sukses, jadi pegawai negeri, dan sebagainya.

Sukses, inikah cita-cita para orangtua atas anaknya? Nampaknya iya. Lalu, sukses dalam hal apa? Oh, sukses dalam kehidupan anaknya? Bentuknya apa? Nah, ditanya bentuk mah, kita agak bingung walaupun mudah menjawabnya. Jawabannya, sukses dalam meraih kekayaan materi sehingga hidup senang di dunia. Jadi, setiap orangtua ingin, anaknya hidup senang, kaya raya, tidak miskin, tidak melarat dan tidak menderita.Bagaimana, apakah anda setuju?? Benarkah dengan kekayaan, pasti hidup akan senang, tidak ada sedih, tidak ada amarah, tidak ada kecewa, tidak ada risau, tidak ada putus asa, tidak ada derita dan tidak ada sesal?

Ah, nalar kita tidak berani menjawab "YA" apalagi dijawab dengan lantang dan berapi-api. Coba saja renungkan. Benarkah kekayaan/materi menjamin semua kesenangan kehidupan dunia? Benarkah semua kesenangan dapat dibeli? Aha, ternyata masih belum cukup jika sukses hanya diukur dari terkumpulnya sejumlah kekayaan. Ada aspek immateri yang mesti diperjuangkan sehingga kesuksesan itu utuh menyeluruh, seimbang dan tidak pincang (lihat Q.S. Al-Baqarah:201).

Untuk memberikan keseimbangan itu, Islam menawarkan pondasi yang kuat dalam mendidik anak. Hal pertama yang dilakukan adalah tertanamnya aqidah bagi anak. Dalam Al-Quran Surat Lukman ayat 13, Allah SWT berfirman yang artinya "dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran, "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Tuh, jangan mempersekutukan Allah SWT.