Senin, 18 April 2011

Membangun Kepribadian

Hanya enam langkah untuk bisa membentuk kepribadian yg diharapkan. Di bawah ini ditulis secara berurutan dari awal proses pembentukannya sbb:
1. Berfikir
2. Bertindak
3. Berulang
4. Biasa
5. Ciri/identitas/Karakter
6. Kepribadian

Catatan:
Pendapat saya itu mungkin salah. Jd, ya maaf dech kalu salah.

Yg jelas, pertanyaan kita adalah: "Kesan apa yg ingin diterima dari org lain, mk itulah bagian dari kebiasaan2 yg dilakukan sbg cikal bakal kepribadian kita".

Jd, anda ingin dikenal org sbg "apa" itulah yg biasa anda lakukan...

Salam,
Ayi
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Org bahagia

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman" (Q.S. Al-Mukminun:1)

Org beriman akan beruntung.
Ciri2 org beriman menurut al-Quran surat al-Muminun:

1. Khusyuk dlm shalat

الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ

"orang-orang yang khusyuk dalam salatnya"

2. Hidupnya bermanfaat

وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ

"dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna"

3. Menjaga kehormatan

وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ

"dan orang-orang yang menjaga kemaluannya"

4. Memenuhi amanat dan janjinya

وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ

"Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya"

5. Memelihara shalatnya

وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ

"dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya."

6. Sadar akan awal dan akhir kehidupannya

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah"

ثُمَّ إِنَّكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ لَمَيِّتُونَ

"Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati" (15)

7. Yakin akan dtgnya Hari Perhitungan

ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تُبْعَثُونَ

"Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat." (16)

8. Sadar akan Pewngawasan Alloh

وَلَقَدْ خَلَقْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعَ طَرَائِقَ وَمَا كُنَّا عَنِ الْخَلْقِ غَافِلِينَ

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit). dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami)". (17)

9. Sadar akan karunia yg dtg se-mata2 dari Alloh saja.

فَأَنْشَأْنَا لَكُمْ بِهِ جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ لَكُمْ فِيهَا فَوَاكِهُ كَثِيرَةٌ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ

"Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan sebahagian dari buah-buahan itu kamu makan"

10. Belajar dari apapun yg ada dihadapannya

وَإِنَّ لَكُمْ فِي الأنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ...

"Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kamu..."

11. Mengajak utk bertakwa

....يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلا تَتَّقُونَ

..."Hai kaumku, sembahlah oleh kamu Allah, (karena) sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?"

12. Mohon pertolongan kpd Alloh atas tantangan/ujian/masalah yg dihadapi

...رَبِّ انْصُرْنِي...

..."Ya Tuhanku, tolonglah aku..."

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي نَجَّانَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

"Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang lalim."

رَبِّ أَنْزِلْنِي مُنْزَلا مُبَارَكًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْمُنْزِلِينَ

"Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat."

13. Taat kpd risalah Alloh swt

فَأَرْسَلْنَا فِيهِمْ رَسُولا مِنْهُمْ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلا تَتَّقُونَ

"Lalu Kami utus kepada mereka, seorang rasul dari kalangan mereka sendiri (yang berkata): "Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada Tuhan selain daripada-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)."

14. Totalitas dlm ibadah utk tdk menyesal

قَالَ عَمَّا قَلِيلٍ لَيُصْبِحُنَّ نَادِمِينَ

Allah berfirman: "Dalam sedikit waktu lagi pasti mereka akan menjadi orang-orang yang menyesal."

15. Sadar, sagalanya akan berakhir

مَا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا يَسْتَأْخِرُونَ

"Tidak (dapat) sesuatu umat pun mendahului ajalnya, dan tidak (dapat pula) mereka terlambat (dari ajalnya itu)."

16. Menghindari perilaku sombong

إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا عَالِينَ

"kepada Firaun dan pembesar-pembesar kaumnya, maka mereka ini takabur dan mereka adalah orang-orang yang sombong."

17. Tidak menyepelekan pembawa risalah Alloh

فَقَالُوا أَنُؤْمِنُ لِبَشَرَيْنِ مِثْلِنَا وَقَوْمُهُمَا لَنَا عَابِدُونَ

Dan mereka berkata: "Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga), padahal kaum mereka adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?"

18. Ikuti kitabulloh


(Sudah dulu ya, ngeheng nih...)
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Buah pikir (2)

Apa yg kita tulis, itu hasil buah pikir. Orisinil ataupun tdk, itu adalah penyebaran buah pikir.

Ingin melakukan sesuatu? Berfikirlah karna sering kali buah fikir merubah keadaan. Buah pikir bisa berubah menjadi motivasi penggerak perilaku.

Hehe, eta ge upami sadaya informasi sempat direnungkan janten dipahami sahingga tatkala kita mencoba melakukannya benar2 itu dilakukan lantaran pemahaman bukan karna "ketaatan" buta.

Apal pan buta?
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Buah pikir (1)

BUAH PIKIR

Mencoba untuk mengikuti jalan pikiran orang lain tidak berarti PASTI pikiran kita akan sama.

Mencoba untuk menelisik latar belakang buah pikiran akan melahirkan kolaborasi dg pikiran kita. Lalu dengan cermat, buah pikir org lain itu dipertajam oleh kita di jalurnya.

Adalah penting bagi kita untuk bersabar memberikan curah pikir yg searah dg maksud dan tujuan buah pikir yg disampaikan org lain. Dg cara spt itu, sebenarnya kita sdg memiliki dua pengetahuan dari sesuatu hal, yakni pengetahuan yg sudah kita miliki dan pengetahuan dari buah pikir org lain.

Perenungan dan kompromi dari kedua pengetahuan itu akan membuat kita makin kokoh dan lengkap.

Mengkritisi buah pikir dari sudut yg searah akan menambah makin berkualitasnya buah pikir itu. Makin dikritisi maka makin mantaplah ia dg kebersamaan yg kian padu dan menyatu. Sedangkan mengkritisi dari sudut yg berbeda bukanlah sesuatu yg buruk, bahkan boleh jadi akan menjadi alternatif dan membuka wawasan kita. Namun yg sering dilupakan adalah kebersamaan tdk pernah terjadi karna memang sudut pandangnya telah berbeda. Latar belakang dan hal2 yg ditemukan dlm perjalananpun akan berbeda sehingga acapkali hanya membuahkan WACANA belaka tanpa kesepakatan dan hidup tetap ter-pisah2 (waqulubuhum syatta; ngahiji tp misah, sepi dlm keramaian, meriung dlm kesendirian).

Dgn mencermati buah pikir org lain maka kita boleh menemukan buah pikir (simpulan) kita atas apa yg dibicarakan (dibahas), dgn atau tanpa kesamaan dg buah pikir siapapun. Dan jikapun sama, maka sesungguhnya kita memiliki argumen2 sendiri dari buah pikir yg kita miliki. Jd, kita tdk kehilangan diri sendiri.


Sekian.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Senin, 11 April 2011

ramadhan menunjang taqarraub





Ramadhan menunjang kedekatan hamba pada Alloh swt.



Text Box: Perilaku duniawi


Tiga cara untuk memperoleh keberuntungan menurut Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 35, yaitu :

  1. Bertaqwa;
  2. Cari jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah; dan
  3. Berjihad di jalan Allah.

Tiga golongan yang akan mendapat adzab yang pedih menurut al-Quran Surat Ali-Imran

Ayat 21 yaitu :

1. Ingkar kepada ayat-ayat Allah;

2. membunuh nabi; dan

3. membunuh penyeru keadilan.

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. Al-Qashash : 77)

Profil insan tafaquh fid dien di luar pesantren

Profil insan tafaquh fid dien di luar pesantren


Manusia memperoleh atribut dan posisi yang luar biasa dibandingkan dengan makhluk ciptaan Alloh lainnya dan Alloh, Dzat Maha Pencipta, mempercayakan alam raya dan isinya ini kepada manusia untuk dipelihara dan dijaga keseimbangannya demi kesejahteraan manusia. Tak ayal, DIA kemudian memberikan pedoman pemeliharaan dan penjagaan itu dalam kitab-NYA yang dijelaskan dan dicontohkan oleh para utusan-NYA.

عَـنْ عَبْدِالله بنُ عَمْرُبْنُ الْعَاص رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولُ الله ص. يَقُولُ: اِنَّ اللهَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ أنْـتِزَاعًا يَـنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَـادِ، وَلَكِن يَقْبِضُ الْعُلَمَاءِ، حَتَّى اَذَالَمْ يُوْقِ عَالِمًا، اِتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْسًا جُهَّالاً، فَسُئِلُوا، فَـأَفْـتَوْابِغَيْرِعِلْمٍ، فَضَلُّوْا وَاَضَلُّوْا. (رواه البخارى)

Artinya : Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin Al-‘Ash r.a., dia berkata: Rasululloh saw. bersabda, “Sesungguhnya Alloh tidak mencabut ilmu agama dengan cara mencabutnya dari hati manusia, tetapi Alloh mencabut dengan cara mewafatkan para ulama, sehingga apabila sudah tidak ada lagi ulama yang tersisa maka orang-orang akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin yang apabila ditanya mereka akan menjawab tanpa dasar ilmu agama, sehingga mereka tersesat dan menyesatkan semua orang.” (H.R. Al-Bukhari)

Uraian di atas mengikat seluruh manusia tanpa kecuali. Perbedaan bangsa, negara, warna kulit, bahasa, status sosial, dan di manapun adanya semuanya berasal dari yang satu, Alloh Yang Maha Agung, semua wajib taat terhadap tuntunan-NYA, dan semuanya wajib mengikuti perilaku yang dicontohkan para rasul-NYA.

Adapun pedoman dan tuntunan Alloh sepanjang keberadaan manusia di muka bumi ini sesuai dengan kebutuhan zaman para utusan-NYA yang secara “estapet” disempurnakan oleh pedoman dan utusan yang datang kemudian. Dan akhir dari pedoman dan tuntunan Alloh SWT itu adalah al-Quran yang dijelaskan dan dicontohkan oleh Muhammad bin Abdullah saw. Oleh karena itu, seharusnya seluruh manusia yang hidup setelah rasul terakhir wajib tunduk dan taat pada tuntunan al-Quran dan contoh Rasul saw (sunnah Nabi Muhammad saw.), sekali lagi TANPA KECUALI, yang kemudian dinobatkan dalam sebuah kata, Islam.

Sepeninggal Rasul saw. tercinta dan para pengikutnya setianya, Islam mengalami perkembangan pemikiran dan perluasan wilayah hingga ke Negara kita, Indonesia. Dalam kontek keindoneisaan dan kekinian, Islam menjadi agama dengan pemeluk terbanyak, 85% dari 230 juta penduduknya. Tentu sebuah potensi yang besar bagi perkembangan Islam yang diperhitungkan dunia, terutama mereka yang memusuhi Islam.

عَـنْ اَنَسٍ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله ص.: اِنَّ مِنْ اَشْـرَطِ السَـاعَةِ: اَن يُّرْفَعَ الْعِلْمُ ويَسْـبُتُ الْجَهْلُ، وَيُشْرَبُ الْخَمْرُ، وَيَظْهَرُ الزَنَـا. (رواه البخارى)

Artinya : Diriwayatkan dari Anas r.a., dia berkata: Rasululloh saw. pernah bersabda, ”Sebagian tanda-tanda akan terjadinya kiamat adalah : 1) Hilangnya ilmu dan maraknya kebodohan tentang Islam, 2) Terbiasanya mengkonsumsi minuman yang memabukkan, dan 3) Perzinahan dianggap biasa.” (H.R. Al-Bukhari)

Sejarah telah mencatat bahwa perkembangan Islam di tanah air dibawa oleh pendidikan di surau di Sumatera Barat dan pesantren di Jawa sejak abad ke-18 M. awal. Dan sampai saat ini, awal abad ke-21 M., khususnya di Jawa, pesantren masih dipandang sebagai satu-satunya tempat yang memberikan pengajaran ilmu-ilmu al-Islam. Tradisi keilmuan dalam bidang keagamaan masih menjadi dominasi pesantren.

Permasalahannya adalah, apakah belajar al-Islam (tafaquh fid dien) dapat dilakukan di luar lembaga ini? Untuk menjawabnya tidaklah sesederhana pertanyaannya. Karena bagaimanapun, pesantren telah membuktikan dirinya sebagai lembaga/ tempat pembelajaran al-Islam, sampai hari ini. Namun demikian, jikapun kaum muslimin Indonesia akan mempelajari Islam di pesantren, apakah akan tertampung? Belum lagi dengan potensi setiap individu yang sangat beragam dalam ilmu-ilmu umum, di mana Islam teramat menghargai akan keleluasaan penggalian dan penerapan ilmu-ilmu tersebut.

عَـنْ مُـعَـاوِيَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولُ الله ص. يَقُولُ: مَن يُّرِدِاللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقَّههُ فِى الدِيْنِ، وَاِنَّمَـااَنَاقَـاسِـمٌ وَاللّـهِ يُعْطِي، وَلَنْ تَزَالَ هَذِهِ اْلاُمَّـةُ قَـائِمَـةً عَلَى اَمْرِالله لاَيَضُرُّهُـمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِى اَمْرُالله. (رواه البخارى)

Artinya : Diriwayatkan dari Mu’awiyah r.a., dia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang dikehendaki oleh Alloh mendapat kebaikan maka Alloh memberinya pemahaman tentang Islam. Aku hanyalah orang yang menyampaikan, dan Alloh-lah yang memberi petunjuk. Ketahuilah bahwa umatku ini (mukmin sejati) akan tetap melaksanakan perintah Alloh (agama Alloh) dan mereka tidak terkalahkan oleh orang-orang yang menentang mereka sampai tibanya hari kiamat.” (H.R. Al-Bukhori)

Realitas ini memaksa kita untuk menjembatani tafaquh fid dien di era modern ini. Dapat saja dikatakan bahwa orang boleh memperoleh pengetahuan tentang Islam dengan berbagai cara, baik outodidak (belajar mandiri) maupun melalui kelompok. Namun demikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pengetahuannya itu tidak ke luar dari koridor pemahaman yang murni sesuai semangat al-Quran dan Sunnah Rasul saw. Menurut hemat kami, hal-hal tersebut antara lain:

1. Memahami hakikat manusia

Tafaquh fiddien di luar pesantren memerlukan pengertian akan manusia secara mendalam. Hal ini penting, setidak-tidaknya untuk lebih mempertajam akan kesamaan fungsi, potensi dan kedudukan manusia. Penggalian tentang hal tersebut dapat dilakukan dengan banyak hal, terlebih dunia ilmu pengetahuan kian terbuka dengan teknologi informatika yang berkembang pesat. Adapun Al-Quran menyampaikan beberapa aspek yang berhubungan dengan manusia, antara lain :

a. Manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa =2 ayat

b. Macam-macam jiwa manusia

1) Nafs ammarah (jiwa yang selalu menyuruh pada kejahatan) = 2 ayat

2) Nafs lawwamah (jiwa yang selalu menyesali) = 1 ayat

3) Nafs muthmainnah (jiwa yang tenang) = 1 ayat

c. Sifat Manusia

1) Ketergesaan manusia = 4 ayat

2) Keluh-kesah manusia = 8 ayat

3) Manusia tamak dan bakhil = 11 ayat

4) Manusia keras kepala = 53 ayat

5) Manusia diciptakan pada bentuk yang terbaik 9 ayat

6) Kekufuran manusia akan nikmat Allah = 124 ayat

7) Ilmu manusia sedikit = 37 ayat

8) Kelemahan manusia = 40 ayat

d. Karunia Allah atas manusia

1) Para rasul diutus untuk memberi petunjuk = 179 ayat

2) Manusia makhluk yang dimuliakan = 15 ayat

3) Seluruh makhluk diciptakan untuk kepentingan manusia = 29 ayat

4) Falak diciptakan untuk kepentingan manusia = 18 ayat

5) Rezeki manusia dijamin Allah = 50 ayat

6) Bumi disiapkan untuk tempat tinggal manusia = 53 ayat

7) Karunia bintang gemintang = 6 ayat

8) Manusia memanfaatkan hewan = 19 ayat

9) Angin sebagai berita gembira bagi manusia = 3 ayat

10) Besarnya karunia Allah pada manusia = 116 ayat

2. Memiliki pembimbing/ nara sumber/ pakar agama yang mumpuni

Akal sebagai alat penggalian ilmu, termasuk dalam memahami Islam, memiliki keleluasaan berekspresi dan bereksperimen. Pendapat seseorang yang telah mempelajari Islam di tempat selain pesantren, merupakan hak seseorang yang memperkaya wacana keberagamaan. Namun demikian, seyogyanya orang itu mengkonfirmasi, mengklarifikasi dan mengkomunikasikan pendapatnya itu kepada seorang ‘alim yang sangat menjaga kemurnian risalah Islam. Hal ini penting, karena ra’yu tidak harus dimatikan tapi juga bukan satu-satunya penentu dalam penetapan sebuah pendapat, apalagi jika pendapat itu berkaitan dengan hukum agama. Atinya, akal tidak dikekang tapi ia dipimpin dan tunduk pada al-Quran dan Sunnah Rasul saw.

3. Bersikap terbuka

Menemukan keindahan dan keagungan risalah Islam dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi seseorang. Kepuasan yang boleh jadi membanggakannya. Namun pada saat yang bersamaan, sangat boleh jadi penemuannya itu menutup ruang dan pendapat yang lebih benar daripadanya. Bahkan mungkin, secara tidak disadari dia berhenti untuk menggali keseluruhan risalah Islam. Oleh karena itu, keterbukaan bukan berarti tanpa sikap, namun justru sebuah potensi untuk memperkaya keilmuan. Mengkomunikasikan, mensosialisasikan dan menguji ilmu untuk menemukan pengetahuan yang benar (shahih) adalah merupakan sikap terbuka yang membawa ke arah ‘izzul islam wal muslimiin.

عَـنْ عَبْدِالله بنُ مَسْعُودِرَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: قَلَ النَّبِيُّ ص.: لاَ حَسَدَ اِلاَّاثْنَـتَيْنِ: رَجُلٌ اَتَآالله مَالاً فَسَلّطَ عَلَى هَلَكـَتِهِ فِى الْـحَقِّ، رَجُلٌ اَتَآالله الْحِـكْمَةَ فَهُوَ يَقْضِى بِهَا وَيُعَلِّـمُهَا. (رواه البخارى)

Artinya : Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud r.a., dia berkata: Nabi pernah bersabda, “Tidak boleh di iri kecuali dua: 1) orang yang diberi harta banyak oleh Alloh lalu ia membelanjakannya sesuai dengan ajaran Islam, 2) orang yang diberi hikmah (sikap dan perilaku yang bijak) oleh Alloh, kemudian dia menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan mengajarkannya kepada orang lain.” (H.R. Al-Bukhari)

4. Taat

Taat pada dataran awal adalah dimilikinya kecenderungan hati untuk mau diatur dan dihukumi oleh al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw. Sikap yang seyogyanya menjadi kepribadian ini akan mampu menyeleksi penyimpangan fikir/ pendapat dari kegiatan mempelajari al-Islam.

5. Ikhlas

Inilah kunci sejati dari keselamatan manusia di mata Robbul ‘Izzati. Tiada mungkin seorang ikhlas yang mengharap keridhaan Alloh swt. mempelajari risalah Islam bukan untuk kepentingan agamanya. Tidak mungkin gegabah menjelaskan al-Islam.

6. Hidup Berjama’ah

Hasil penelaahan dan pemahaman bersama memungkinkan dapat melahirkan pendapat yang kuat yang mendorong amal sosial yang pada gilirannya sangat dimungkinkan akan lahirnya kekuatan sosial

7. Sadar akan tantangan

Seorang yang tafaquh fiddien seyogyanya menyadari atas tantangan yang dihadapi oleh umat Islam. Mencermati gerak dan siasat yang memusuhi Islam dan umat Islam. Islam dipusuhi agar menjadi rusak dan dijauhi pemeluknya, sedangkan umatnya dipusuhi agar tidak berkembang dan berada di bawah kendalinya. Apakah globalisasi merupakan produk yang memaksa umat manusia berada dalam sebuah kendali? Apakah ia termasuk ke dalam kategori حـتّى تتّبع ملّـتهم? Atau keberadaan Jaringan Islam Liberal (JIL) yang memberikan pemahaman terhadap al-Islam secara bebas, fulgar dan mengedapankan ro’yu yang cenderung tidak terkendali serta mencemaskan kemurnian risalah tauhid ini. Ada apa gerangan di balik JIL? Belum lagi perpecahan intern umat Islam sebagai warisan penjajahan Belanda yang telah nyata sangat ampuh melemahkan kekuatan umat Islam. Nahdatul Ulama (NU), Persatuan Islam (PERSIS), MUHAMMADIYAH, AL-IRSYAD, Persatuan Umat Islam (PUI), dsb. berjalanmasing-masing dan cenderung hanya memikirkan dan membela organisasinya sendiri. Oleh karena itu, mempelajari perkembangan sejarah Islam di Indonesia dan mencermati perkembangan global, tidak dapat dihindari untuk dapat menghidupkan dan mengembalikan kejayaan Islam dan umat Islam.

8. Semangat beramal atas ilmu (Islam) yang telah diketahuinya

Pertanyaan mendasar yang juga harus hadir adalah apakah anak cucu kita di masa yang akan datang masih akan menjadi seorang muslim? Nabi Ayub a.s. bertanya kepada anaknya, ”Maa ta’buduuna mimba’di...?”

9. Menjaga amanah untuk memperoleh jariyah

Tafaquh fiddien dalam kerangka ini mengembalikan segala aktivitasnya untuk memperoleh dan memberi jariyah. Dalam hal memberikan jariyah kepada orangtua, guru dan semua fihak yang telah dan pernah memberikan pembinaan, pendidikan dan arahan beramal soleh, mudah-mudahan mereka telah dan terus memperolehnya sepanjang aktivitas kita sesuai dengan apa yang telah mereka tanamkan. Namun, memperoleh jariyah... nampaknya masih perlu perenungan mendalam, karena sangat bergantung kepada orang lain. Apakah kita telah ”memberi apapun kepada siapapun?” Apakah segala upaya yang telah kita dilakukan telah cukup mengantarkan kita untuk memperoleh jariyah...

Wal hasil, fenomena yang hadir di tengah-tengah kehidupan kita sungguh sangat komplek yang memerlukan keterbukaan yang terkendali dalam menentukan sikap atas langkah yang dilakukan fihak lain. Kompleksitas kehidupan modern menghadirkan kehausan atas ilmu keislaman yang nota bene semakin termajinalkan oleh budaya modern. Untuk sebagian kecil, dahaga itu menumbuhkan kesadaran dan motivasi untuk mulai menekuni dan mempelajari risalah Islam. Tentu saja hal itu bisa dilakukan di berbagai tempat namun tetap harus memiliki komitmen yang kuat untuk memperoleh kebenaran Islam secara murni sesuai dengan kedua pedomannya, Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad saw. Wallohua’lam.

Mudah-mudahan Alloh swt. melindungi dan membimbing akal dan hati kita untuk tetap berada di dalam jalan yang diridhai-NYA. Aamiin...

safat dasar manusia

Sifat Dasar Manusia

1. Suka Menuduh

Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. (Q.S. Al-Baqoroh : 72)

2. Loba (rakus)

Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (Q.S. Al-Baqoroh : 96)

Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. (Q.S. Ali-Imron : 112)

3. Mudah berpaling

Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitulmakdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus. (Q.S. Al-Baqoroh : 142)

4. Memiliki potensi untuk mencintai

Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Q.S. Al-Baqoroh : 165)

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.S. Ali-Imron : 14)

5. Potensi membangkang/ ingkar

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (Q.S. Al-Baqoroh : 168)

6. Potensi memprediksi

Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji… (Q.S. Al-Baqoroh : 189)

7. Potensi Melupakan esensi beribadah

Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia", dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. (Q.S. Al-Baqoroh : 200)

(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (Q.S. Ali-Imron : 173)

8. Potensi Berkomunikasi

Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. (Q.S. Al-Baqoroh : 204)

9. Potensi Mengabdi

Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (Q.S. Al-Baqoroh : 207)

10. Potensi diberi dan mendapat petunjuk

Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S. Al-Baqoroh : 213)

11. Potensi berfikir

Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir, (Q.S. Al-Baqoroh : 213)

12. Tidak pandai berterimakasih

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: "Matilah kamu", kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. (Q.S. Al-Baqoroh : 243)

13. Merusak sesama manusia

Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam. (Q.S. Al-Baqoroh : 251)

14. Potensi menerima balasan

"Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya". Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (Q.S. Ali-Imron : 9)

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih. (Q.S. Ali-Imron : 21)

15. Potensi dakwah

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Q.S. Ali-Imron : 110)

16. Potensi Menukar ibdah dengan imbalan dunia

Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya." Lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka terima. (Q.S. Ali-Imron : 187)

17. Lemah

Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. (Q.S. An-Nisa : 28)

18. Salah memilih teman

Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barang siapa yang mengambil sayitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya. (Q.S. An-Nisa : 38)

19. Dengki

ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar. (Q.S. An-Nisa : 54)

20. takut (Q.S. An-Nisa : 77)

Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat!" Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun. (Q.S. An-Nisa : 77)